Article Detail

Ancaman Jakarta: Permukaan tanah Turun



         Provinsi DKI Jakarta adalah ibu kota Indonesia dan sekaligus daerah otonom setingkat provinsi. Jakarta merupakan kota yang mempunyai luas daratan 661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat ±110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, Jakarta terletak di antara 60 8′ Lintang Selatan dan 106 0 48′ Bujur Timur. Secara administrasi, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kotamadya dan 1 Kabupaten Administrasi. Letak geografis Jakarta adalah  di sebelah Selatan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten/Kota Bekasi, sebelah Selatan dengan Kabupaten/Kota Bogor dan Depok serta sebelah Barat dengan Kabupaten/Kota Tangerang. Berdasarkan letak geografis Jakarta, tidak menutup kemungkinan bahwa banyak ancaman yang dapat timbul di daerah ini, baik bidang ekonomi, ideologi, pertahanan, keamanan. Selain itu juga ada ancaman dalam bidang geografis yaitu kerusakan tanah (turunnya tanah) Jakarta.

    

    Kerusakan tanah adalah proses atau fenomena penurunan kapasitas tanah dalam mendukung kehidupan dengan hilangnya atau menurunnya fungsi tanah, baik fungsinya sebagai sumber unsur hara tumbuhan maupun fungsinya sebagai matrik tempat akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tersimpan. Proses kerusakan tanah sebagai proses atau fenomena penurunan kemampuan tanah dalam mendukung kehidupan pada saat ini atau pada saat yang akan datang yang disebabkan oleh ulah manusia. Saat ini sebagian besar kota Jakarta diprediksi akan tenggelam pada tahun 2050. Meskipun hanya sebuah prediksi namun nyatanya memang sebagian wilayah Jakarta berada di area yang lebih rendah dari permukaan laut. Jakarta disebut-sebut mengalami penurunan tanah hingga 6,7 inci per tahun karena efek pemompaan air tanah yang berlebihan. 


           Aktivitas pemompaan ini menyebabkan perubahan tekanan dan volume yang membuat tanah semakin lama semakin rendah. Sekarang tinggi air laut sudah berada di 1,5 meter di atas permukaan tanah, tepatnya di daerah Jakarta Utara. Menurut Peneliti muda Pusat riset Geoteknologi-BRIN kepada CNNIndonesia.com, yaitu dwi sarah, penurunan tanah di Jakarta memiliki beberapa faktor yaitu faktor alami, faktor antropogenik, dan gabungan keduanya. Untuk penyebab alami, penurunan tanah di Jakarta disebabkan dua hal, yakni proses tektonik yang aktif dan kompaksi alamiah tanah Jakarta. Kompaksi alamiah adalah proses pengurangan lapisan sedimen tanah akibat beban sedimen di atasnya.


      Sementara untuk faktor antropogenik atau faktor yang melibatkan campur tangan manusia, penurunan tanah di Jakarta disebabkan eksploitasi berlebihan pada air tanah dan pembebanan. Sementara itu, eksploitasi berlebihan air tanah disebut menjadi faktor paling bertanggung jawab menyebabkan penurunan tanah Jakarta. Eksploitasi berlebihan tanah, kompaksi alamiah tanah, dan beban bangunan menjadi faktor saling berkaitan menurunkan tanah Jakarta. Pasalnya, ketiga faktor tersebut berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk yang terjadi di wilayah ibu kota. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan menghadirkan bangunan-bangunan baru untuk tempat tinggal atau sejumlah fasilitas lain. 

     Kehadiran bangunan tersebut akan semakin membebani tanah Jakarta. Selain itu, kehadiran bangunan baru juga kemungkinan besar bakal meningkatkan konsumsi air tanah. Sebagai pencegahan turunnya tanah Jakarta yang ekstrim menteri ESDM membuat  Keputusan Menteri Nomor 291.K/GL.01/MEM.G/2023. Merupakan landasan hukum dalam standar pengendalian persetujuan penggunaan air tanah. Muhammad Wafid, Plt Kepala Badan Geologi, menjelaskan bahwa pengendalian air tanah memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan. 

    Upaya ini tidak hanya mencegah penurunan tanah, tetapi juga melibatkan proses pemulihan muka air tanah dan pelandaian laju penurunan muka tanah. Sejak 2014, Balai Konservasi Air Tanah (BKAT) secara aktif memantau 220 lokasi di Cekungan Air Tanah Jakarta. Kegiatan ini melibatkan pengukuran muka air tanah dan analisis sifat fisika-kimia air tanah. Hasil pemantauan tersebut menjadi dasar evaluasi pengendalian pengambilan air tanah dan pembuatan Peta Zona Konservasi Air Tanah. Wafid menuturkan, pengukuran selama periode tahun 2015-2022 di wilayah Cekungan Air Tanah Jakarta tersebut menunjukkan laju penurunan tanah antara 0,04 hingga 6,30 cm per tahun. 

        Hal tersebut menunjukkan adanya pelandaian penurunan tanah dibandingkan tahun 1997 hingga 2005 dimana laju penurunan tanah antara 1-10 cm per tahun hingga 15-20 cm per tahun.  Namun, Wafid kembali menegaskan bahwa masyarakat (rumah tangga) yang wajib berizin adalah rumah tangga dengan pemakaian air tanah lebih dari 100 m3 per bulan. Apabila hal yang dianjurkan oleh pemerintah  tidak kita lakukan dengan segera maka akan membawa dampak buruk bagi lingkungan sekitar, seperti ; banjir rob serta dampak ekonomi penurunan tanah juga menyebabkan kerusakan kerusakan fisik bangunan dan infrastruktur. Mungkin kita kira hal ini hanya sepele, tapi lama kelamaan kita akan merasakan dampak yang buruk di hidup kita (bisa saja Jakarta tenggelam). Jangan hanya pemerintah yang bekerja kita juga harus ikut ambil bagian untuk pencegahan penurunan tanah.

      Hal - hal yang bisa kita lakukan di dalam lingkungan masyarakat untuk mencegah penurunan tanah, sebagai berikut : pertama, penggunaan ABT (Air Bawah Tanah) secara efisien. Jangan pernah mengeksploitasi berlebihan agar tidak terjadi kekurangan air bersih yang akan menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah. Lalu kedua, penerapan injeksi air tanah. Injeksi air tanah adalah kegiatan yang dilakukan aktifitas manusia dengan cara memasukan air ke tanah dengan metode gravitasi ataupun pompa (menjaga ketersediaan air tanah agar tidak terjadi penurunan tanah). Ketiga, membuat sumur resapan. Sumur resapan adalah sebuah cara untuk menampung dan mengelola air dengan cara membuat lubang pada permukaan tanah. Tujuan pembuatan sumur resapan adalah untuk menampung air hujan kemudian akan dialirkan ke dalam tanah. Keempat, Menerapkan Prinsip Rainwater Harvesting. 

          Rainwater harvesting merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengumpulkan air yang berasal dari air hujan lalu dimanfaatkan kembali untuk diolah menjadi air bersih layak pakai. Kelima, penerapan ruang terbuka hijau, hal ini diharapkan dapat mencegah terjadinya banjir dan dapat meningkatkan efisiensi dari air tanah dan dapat membuat ruang interaksi sosial bagi masyarakat.  terakhir, masyarakat bisa terlibat dalam perawatan saluran drainase di sekitar lingkungan mereka. Menjaga kebersihan saluran air dan selokan dapat mencegah genangan air yang berpotensi merusak tanah.

         Penurunan tanah Jakarta dapat sangat terpengaruh terhadap kehidupan kita sehari-hari terutama yang tinggal di ibu kota. Pencegahan tentang penurunan tanah dapat di cegah dengan pengendalian penggunaan air tanah merupakan langkah strategis untuk melindungi lingkungan dan mencegah penurunan tanah di Jakarta. Dengan kebijakan yang terukur, diharapkan dapat mencapai keberhasilan dalam pemulihan muka air tanah dan mengurangi laju penurunan muka tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta. Saya berharap agar semua masyarakat atau perusahaan besar dapat ikut mengambil bagian untuk melakukan pencegahan sedini mungkin untuk keberlangsungan kebijakan yang ada. pemerintah seharusnya  lebih tegas dalam pelaksanaannya bukan hanya sekedar peraturan (lebih tegas lagi dalam menghentikan penggunaan air tanah untuk perusahaan besar, atau pemberhentian pembangunan di lahan yang bersisa agar tidak menambah penurunan tanah jakarta akibat pakai bumi)



Adeveia / 12 ipa 1 / 2

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment