Article Detail
DIUTUS
“Marilah pergi kita diutus!” . Kalimat ini mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita. Kalimat yang seringkali diucapkan oleh imam pada akhir ekaristi ini mengingatkan kita akan tugas perutusan mewartakan kabar sukacita Allah dimanapun kita berada.
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau , dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yeremia 1:5). Dari kutipan ayat ini, kita dapat melihat bahwa Allah telah begitu mengasihi kita (bdk.Yoh 3:16). Selain itu, Allah juga telah memberikan suatu kehendak bebas kepada kita untuk menolakNya (binasa) atau mengikutiNya (memperoleh keselamatan kekal melalui menerima pembaptisan dan melaksanakan tugas perutusan kita).
Dalam bacaan injil hari ini, Yesus mengutus para murid-Nya untuk pergi berdua-dua, mewartakan kabar sukacita Allah. Mereka di beri kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang-orang yang sakit. Namun Yesus meminta agar mereka tidak membawa kasut, pakaian, atau makanan yang berlebihan. Sepintas mungkin aneh, tapi kalau kita cermati baik-baik, Tuhan Yesus mengajarkan tiga hal penting. Satu, Yesus mendidik para muridNya untuk percaya sepenuhnya pada Dia. Tidak bergantung pada harta, materi dan atribut-atribut duniawi lainnya, tapi berharap penuh pada apa yang disediakan Allah buat mereka. Kedua, segala kemewahan mudah untuk membuat orang berubah menjadi sombong, tapi sebagai murid Yesus, yang selalu berpegang pada kasih setia Allah akan terhindar dari kesombongan. Ketiga, Yesus tahu bahwa sebagai manusia, para murid-muridNya, termasuk kita, bisa setiap saat menjadi lemah, terkadang bisa hilang motivasi, lelah dan sebagainya, maka Dia mengutus berpasang-pasangan, bukan sendirian, agar bisa saling membantu dan menguatkan.
Pada zaman modern ini, seringkali kita merasa malu untuk berdoa sebelum makan di sebuah restoran ataupun tempat-tempat bersantap lainnya. Jangankan untuk berdoa, untuk membuat Tanda Salib saja kita merasa canggung untuk melakukannya sehingga tak jarang kita membuatnya dengan terburu-buru agar tak terlihat oleh orang-orang di sekitar kita. Padahal, jika hal itu dapat kita lakukan dengan benar, maka secara tidak langsung kita telah mewartakan Kabar Sukacita Allah kepada orang lain melalui keberanian kita dalam mengakui iman Kristiani yang kita miliki dan melalui perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Dahulu, Yesus telah mengutus murid-muridNya untuk mewartakan kabar gembira kerajaan Allah. Sekarang, walau kehadiran-Nya tak nampak secara jasmani tetapi mukjizat-mukjizat dan tugas pewartaanNya masih terus disampaikan bagi kita. Hendaknya, tugas pewartaan itu tidak hanya menjadi sebuah pesan belaka, namun dapat kita terapkan dalam perbuatan dan tingkah laku kita di kehidupan sehari-hari supaya nama Tuhan dapat semakin dimuliakan sampai selamanya.
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. (Mzm 96:1-3)
Beatrice Young (XI IPS)
-
there are no comments yet