Article Detail

Dapatkah kita melahirkan intelektual sekolah sekelas Ayu?

YayasanTarakanita cabang Jakarta mengadakan pelatihan jurnalistik untuk guru dan karyawan . Pelatihan yang diikuti 42 peserta guru dan karyawan dari tingkat TK sampai SMA ini diadakan pada tanggal 8 Mei 2015 di SMA  Tarakanita 1, Jakarta Selatan. Materi pelatihan diberikan oleh Bapak Willy Pramudya , salah satu pendiri dan pengajar di sekolah independen AJI.
Menurut Bapak Andreas Wagiman sebagai Kepala Biro UmumYayasan Tarakanita, pelatihan diberikan karena beberapa alasan, diantaranya bahwa dari perhitungan survey kepuasan pelanggan yayasan Tarakanita tahun 2014 pada item Layanan informasi melalui website   sekolah, ternyata tingkat pencapaiannya hanya 68,71 %. Selain itu pencapaian target  tolok ukur prosentase pengelolaan portal lembaga (berita kegiatan/aktivitas per kategori unit karya @48 berita dalam 1 tahun) pada semester 1 secara nasional adalah 26% (848 berita dari target 3.264).
Bapak Andreas Wagiman juga memaparkan  pencapaian target unit sekolah terendah di Wilayah Jakarta adalah 4% (2 berita) sedang Pencapaian target unit sekolah tertinggi di Wilayah Jakarta adalah 75% (36 berita)
Pelatihan yang diberikan mulai jam 8.00 hingga 16.00 juga dimaksudkan agar para peserta dapat memanfaatkan laman/ website sekolah secara maksimal sebagai sumber informasi yang cukup efektif dan efisien sekaligus sebagai sarana promosi dengan ruang lingkup tak terbatas.
Dalam pelatihan ini Willy Pramudya, yang juga wartawan senior wartakota mengajak  para peserta untuk berlatih menuliskan berita. Bahan berita diambil  dari  tempat peserta berkarya di sekolah masing masing unit. Kemudian hasil tulisan ditayangkan untuk dilihat bersama kata-kata mana yang perlu disempurnakan, dihapus atau ditambahkan sehingga layak menjadi suatu berita. Dalam sesi pelatihannya Bapak Willy juga mengingatkan bahwa membuat berita hendaknya memperhatikan beberapa unsur antara lain ; berita harus penting dan menarik, serta  menyangkut  hajat hidup orang banyak. Selain itu berita hendaknya juga menyangkut kedekatan dan keterkenalan dan juga ada unsur konflik dan drama yang termuat dalam berita itu. Sebuah berita tanpa konflik tidak  pernah menjadi berita menarik.
Dalam  sesi awal Bapak Willy juga   mengajukan  pertanyaan tantangan untuk  para peserta khususnya untuk  para pendidik , setelah era penulis Ayu Utami  dapatkah kita  melahirkan intelektual sekolah sekelas  Ayu?  Para pendidik hendaknya dapat melahirkan  anak anak yang berkarakter. Apabila anak didik kita tidak memiliki karakter sama saja kita melahirkan monster monster dunia.
Kegiatan ditutup dengan aktifitas para pendidik menampilkan berita yang  telah dibuatnya untuk dikritisi bersama.(SB)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment